Minggu, 16 Juni 2013

PENDAFTARAN SISWA BARU SMP SANJAYA BANJARBARU TAHUN PELAJARAN 2013 – 2014



PENDAFTARAN SISWA BARU SMP SANJAYA BANJARBARU TAHUN PELAJARAN 2013 – 2014


- Pendaftaran di SMP Sanjaya Banjarbaru dibuka mulai tanggal 20 Mei - 8 Juni 2013.
- Bagi orang tua yang berasal dari luar kota, wawancara dengan orang tua akan dilangsungkan saat pengambilan formulir pendaftaran.
- Disediakan asrama bagi siswa yang berasal dari luar kota. asrama terletak dalam komplek biara susteran scmm st. angela banjarbaru.

Syarat-syarat pendaftaran:


- Fotocopy ijazah terakhir = 2 lembar (dilegalisir)

- Fotocopy SKHU = 2 lembar (dilegalisir)

- Fotocopy akte kelahiran = 1 lembar

- Fotocopy KTP orang tua (ayah dan ibu siswa) = 1 lembar

- Fotocopy surat baptis (bagi yang beragama kristen atau katolik) = 1 lembar

- Fotocopy rekening listrik terakhir = 1 lembar

- Pas foto 3 x 4 = 4 lembar (hitam putih)

- Fotocopy raport kelas 6 sekolah dasar

- Uang pendaftaran 100 ribu rupiah

TIGA TAHUN SJC




ULANG TAHUN KETIGA SANJAYA JOURNALIST CLASS

Hari ini, Sabtu, 4 Agustus 2012 menjadi momen yang indah dan tak akan pernah terlupakan bagi saya dan anak-anak didik saya dalam kelas pengembangan diri jurnalistik yang punya nama beken “Sanjaya Journalist Class”!
Pagi tadi saya tiba di SMP Sanjaya Banjarbaru sekitar pukul 08.30 Wita. Dalam hati saya berpikir bahwa saya akan terlambat untuk masuk kelas jurnalistik, tapi ternyata dugaan saya salah. Saya memang kelupaan bila setiap minggu pertama akan selalu diadakan Misa yang diikuti oleh semua siswa SD, TK dan SMP Sanjaya Banjarbaru di Gereja Bunda Maria Banjarbaru.
Tanpa saya sangka-sangka, jadwal berakhirnya Misa pagi ini agak terlambat dibandingkan hari-hari biasanya, karena jam dimulainya Misa juga terlambat tadi pagi, yaitu sekitar pukul 08.30 Wita.
Setelah menunggu selama hampir satu jam lamanya, akhirnya anak-anak kelas jurnalistik yang saya tunggu-tunggu pun bermunculan menghambur datang. Tampak Aurel, Zellin, Silfia dan beberapa orang temannya pun tiba-tiba ada di dekat saya dan langsung berceloteh tentang banyak hal. Spontan mereka semua minta ijin untuk istirahat dahulu sekedar mengisi perut di kantin sekolah. Akhirnya bel tanda dimulainya kegiatan pengembangan diri pun nyaring terdengar, bersamaan dengan suara rekaman komputer dari bilik kecil di depan ruang kepala sekolah.
Anak-anak jurnalistik pun menghambur masuk ke dalam kelas VIII A, yang sejak angkatan ke-2 menjadi kelas tetap bagi pelajaran jurnalistik. Sebelas orang anak kelas VIII (angkatan ketiga) dan 9 orang anak kelas VII terduduk rapi dalam posisinya masing-masing. Dalam pikiran saya terlintas satu kalimat sederhana, “Kelas ini sekarang hampir penuh!”
Belum sempat saya duduk di bangku guru di depan kelas, tiba-tiba Aurel memberi komando kepada anak-anak lainnya untuk mengucapkan “selamat pagi” dalam versi Inggris. Sejenak kelas riuh rendah dengan suara anak-anak yang sudah lama tidak saya dengarkan selama beberapa minggu ini.
Kejutan lain yang saya dapatkan pagi ini adalah kehadiran Betsy Septiani Rantung dengan seragam SJC angkatan kedua! Dia pun akhirnya bergabung duduk di deretan bangku yang masih kosong, duduk seperti setahun, dua tahun atau tiga tahun silam, ketika dirinya masih tercatat sebagai siswa SMP Sanjaya Banjarbaru. Tak berapa lama kemudian, muncul Tia Wulandari dan langsung mengambil posisi duduk tak jauh dari Betsy. Wulan dan Betsy adalah murid perdana kelas jurnalistik ini. Sebuah keharuan tiba-tiba muncul di benak saya, keharuan yang tak pernah terbayangkan akan saya alami pagi ini.
Setelah membagikan formulir isian bagi semua anak-anak jurnalistik kelas VII dan VIII, saya memberikan penjelasan pendek secukupnya tentang tata cara pengisian formulir data siswa SJC tersebut. Sejurus kemudian, Ibu Fransiska Ariati, S.Hut tiba-tiba datang dan masuk ke dalam kelas sembari mengantarkan pesanan saya, “Sebuah kue ultah SJC ke-3 tahun.”
Melihat kehadiran kue ulang tahun yang berada di atas sebuah meja tepat di hadapan meja guru, anak-anak banyak bertanya-tanya siapa gerangan yang merayakan ulang tahunnya pagi ini. Akhirnya anak-anak saya minta duduk untuk menyaksikan bersama film singkat perjalanan SJC selama 3 tahun yang telah berlalu. Usai pemutaran film, saya langsung memulai presentasi dengan memperkenalkan diri sambil sekali waktu mengajak anak-anak untuk tertawa lepas dengan beberapa tampilan kartun humor di tembok kelas.
Presentasi yang lebih serius saya bawakan ketika membahas materi mengenai majalah dinding (mading) sekolah. Tak terasa, waktu satu jam pun berlalu begitu saja. Hingga tibalah saatnya untuk merayakan ulang tahun SJC ke-3 tahun. Semula saya mendaulat Aurel untuk memimpin doa, namun Betsy malah menawarkan dirinya untuk memimpin acara syukur. Dia pun segera membawa semua penghuni kelas jurnalistik dalam lautan doa yang terasa meneduhkan jiwa. Doa yang sederhana namun terasa tulus dan penuh makna. Acara tiup lilin pun berlangsung, saya, Betsy dan Wulan dengan gembira meniup lilin angka 3 secara bersama-sama diiringi lagu “Selamat Ulang Tahun.”
Kue ultah pun dipotong Betsy dan potongannya diserahkan kepada saya. Akan tetapi saya kemudian menyerahkan potongan kue tersebut kepada Yosephine Laura yang menjadi bagian kelas jurnalistik, selain memiliki kewajiban mengajar TIK (Teknologi Informasi dan Komputer) dalam kesehariannya. Potongan kue ultah sebagai tanda ucapan selamat datang untuknya.
Potongan selanjutnya baru saya terima, tetapi tidak langsung saya makan. Saya kemudian meminta tolong kepada Wulan untuk memotong-motong sisa kue yang ada sekaligus membagikannya kepada anak-anak kelas VII dan VIII.
Usia 3 tahun adalah usia yang masih “balita”, apalagi untuk kelas jurnalistik yang saya bangun bukan dengan segala kehebatan yang saya miliki; akan tetapi dapat bertahan karena rasa memiliki dan loyalitas yang tinggi dari generasi-generasi sebelumnya, termasuk juga generasi baru yang boleh saya sebut sebagai angkatan ketiga dan keempat.
Perasaan syukur sangat-sangat saya rasakan ketika Betsy dengan bangga bercerita tentang dirinya yang dipilih sebagai ketua mading di SMK Telkom Banjarbaru, juga kisah-kisah senada yang disampaikan oleh Wulan yang bersekolah di tempat yang sama. Puji TUHAN, impian dan harapan saya ketika kelas jurnalistik ini dimulai, kini terkabul dan menjadi kenyataan. Harapan yang juga menyeruak kembali saat SJC merayakan ulang tahunnya yang pertama. Ketika itu saja bergumam, “Kelas jurnalistik adalah sebuah kelas yang bisa dikatakan kecil, namun di dalamnya tersimpan sejuta harapan, harapan tentang lahirnya penulis-penulis handal Indonesia di masa depan...”
Terimakasih kepada Betsy dan Wulan, terimakasih kepada Ibu Ariati juga yang telah mempersiapkan kue ultah yang cantik pagi ini. Terimakasih kepada anak-anak kelas VII dan VIII yang luar biasa. Dan terimakasih kepada TUHAN YANG MAHA BAIK yang telah menyertai perjalanan kelas jurnalistik ini sejak 1 Agustus 2009 silam…

Landasan Ulin – Banjarbaru, 4 Agustus 2012
Dionisius Agus Puguh Santosa

ENGLISH VERSION :

THE 3RD ANNIVERSARY OF SANJAYA JOURNALIST CLASS

Saturday, August 4, 2012 to be a beautiful moment and will never be forgotten for me and my kids students in the class of self-development that has a name famous journalistic "Sanjaya Journalist Class"!
This morning I arrived at school Sanjaya Banjarbaru around 08.30 pm. After waiting for nearly an hour, finally journalism class kids who I've been waiting to come rushing emerged. Looks Aurel, Zellin, Silfia and some friends were suddenly there next to me and straight on about many things. Spontaneously they all asked permission to take a break just before filling the stomach in the school cafeteria. Finally the bell marks the start of self-development activities was high-pitched sounds, along with sound recordings of computer cubicles in front of the principal's office.
The children burst into journalism was in class VIII A, which from generation to become a class-2 remains the subject of journalism. Eleven of the VIII grade (third generation) and 9 grade VII (fourth generation) sitting neatly in their respective positions. In my mind flashed a simple sentence, "This class is almost full now!"
I have not had time to sit on the bench in front of the classroom teacher, suddenly Aurel gave the command to the other children to say "good morning" in the English version. Moment boisterous classroom with children's voices that I have not heard for several weeks.
Another surprise that I got this morning is the presence of a uniform Betsy Septiani Rantung SJC second generation (second version)! He was eventually joined in a row bench seat is still empty, sit as a year, two years or three years ago, when he was still listed as a junior high school students Banjarbaru Sanjaya. Not long after, came Tia Wulandari and immediately took the position of sitting not far from Betsy. Wulan and Betsy are first-class journalism students this. An emotion suddenly came to mind, compassion who never imagined I would experience this morning.
After distributing the form field for all children of class VII and VIII of journalism, I gave a short explanation of the procedures to adequately fill the data form the SJC students. A moment later, Mrs. Frances Ariati, S.Hut suddenly come and go into the classroom while delivering my order, "A birthday cake SJC to-3 years."
See the presence of a birthday cake that was on a table right in front of the teacher's desk, children often wonder who the hell was celebrating his birthday this morning. Finally I asked the children to sit together to watch a short movie SJC trip for 3 years have passed. After the screening, I immediately start the presentation by introducing himself as he once took the kids to laugh out loud with some humor in the cartoon look of the walls of the classroom.
Presentations that I bring more serious when discussing the matter on the wall magazine (Mading) school. Not felt, the hour has gone by just like that. Until it's time to celebrate the anniversary of the SJC to-3 years. I originally oust Aurel to lead the prayers, but the Betsy instead offered himself to lead the celebration. He was soon brought all the inhabitants of journalism classes in the sea was calm the soul of prayer. The prayer was simple but sincere and meaningful. Brass candle ceremony was held, I, Betsy and Wulan happily blew out the candle number three together accompanied by the song "Happy Birthday."
Betsy's birthday cake was cut and the pieces handed to me. However, I then handed the piece of cake to Yosephine Laura is a part of journalism class, but have an obligation to teach ICT (Information and Computer Technology) in their daily life. Birthday cake as a welcome sign for him. The next piece I just received, but did not direct me to eat. I then asked for help Wulan to cut up the rest of the cake that is well distributed them to children classes VII and VIII.
Age of 3 years of age who are still "children", especially for a journalism class I wake up "instead of" with all the greatness that I have: but can survive as "a sense of belonging and loyalty are high" than previous generations, including the generation The new can I refer to as the third and fourth.
Feeling very, very grateful I felt when Betsy is proud to talk about himself elected as chairman of Banjarbaru mading in SMK Telkom, as well as similar stories submitted by Wulan a school in the same place. Praise the Lord, my dreams and expectations when journalism class begins, now come true and become a reality. Hope that also pushed back at SJC celebrates his first birthday. When it was just mumbling, "journalism class is a class that can be said to be small, but it saved a million hopes, expectations about the birth of a reliable writers of Indonesia in the future ..."
Thanks to Betsy and Wulan, thanks to Mother Ariati also has prepared a beautiful birthday cake this morning. Thanks to the children of VII and VIII are incredible. And thank the GOOD LORD ALMIGHTY that has accompanied this journalism class travel since last August 1, 2009 ...(translate by Google)

Landasan Ulin - Banjarbaru, August 4, 2012
Dionisius Agus Puguh Santosa

SAHABAT TERBAIKKU











POETRY:



SAHABAT TERBAIKKU





Sahabat,…

Untuk kesekian kalinya aku menjumpaimu lewat ‘kata’,

Kata-kata yang kurangkai sedemikian rupa …

Membuat terjaga hayalanku,

Mencipta asaku,

Menjadikanku terpaku pada pikiran-pikiranku tentangmu ……



Sahabat,…

Untuk kesekian kalinya aku berucap ‘terima kasih’ padamu,

Terima kasih atas semua cinta persahabatan yang tulus …

Meringankan sesak hariku,

Membantuku melampaui tiga tahun yang telah berlalu,

Menegarkanku tetap menuju pada cita-cita dan harapanku……



Sahabat,…

Untuk kesekian kalinya aku ‘bersyukur’ atas keberadaanmu,

Syukurku atas kehadiranmu yang selalu menjumpaiku …

Menggirangkan senyumku,

Menapakkan kedua kakiku pada waktu yang kujalani,

Membangun mimpiku hingga aku kuasa membawanya pada kenyataan ……



Sahabat,…

Untuk kesekian kalinya aku ‘berujar’ kepadamu,

Ujaran-ujaran yang senantiasa termurnikan kau berkenan akannya …

Melanglangkan anganku,

Menemukan duniaku yang sekali waktu kurasakan hilang,

Menyuarakan kembali nafasku pada heningnya keadaan ……



Sahabat,…

Untuk kesekian kalinya aku ‘berharap’ padamu,

Harapan yang s’moga menjadikan persahabatan kita sebagai yang terbaik …

Menentramkan damaiku,

Membiasakan semangat diriku walau kini harus tanpamu,



Sahabat,…

Kini dan sampai nanti, aku akan tetap meyakini dirimu:

“Sebagai sahabat terbaik untukku!”


(by : Dionisius Agus Puguh Santosa, Banjarbaru, 14 Juni 2012 –  
inspired from poetry: “Untuk Yang Terbaik”, Denpasar-Bali, 19 November 2001)

MISA PERDANA ANAK MISIONER BERSAMA USKUP KEUSKUPAN BANJARMASIN MGR. PETRUS BODDENG TIMANG





MISA PERDANA ANAK MISIONER BERSAMA USKUP KEUSKUPAN BANJARMASIN
MGR. PETRUS BODDENG TIMANG
Sasana Sehati – Paroki Katedral Banjarmasin, 16 Nopember 2008

Tema :
UNTUK MENGUCAPKAN SYUKUR KEPADA ALLAH, ATAS BAPAK USKUP YANG BARU

“Ada satu keistimewaan dari anak-anak Katolik yaitu kita harus unggul dimanapun kita berada! Unggul di sini tidak berarti kita harus selalu menjadi juara satu science atau Olimpiade, akan tetapi kita mesti unggul dalam hal kasih.”


Pagi itu, Minggu, 16 Nopember 2008, tepat pada pukul 10.10 WITA, dilangsungkan Perayaan Ekaristi Anak Misioner bersama Bapak Uskup Mgr. Dr. Petrus Boddeng Timang. Perayaan Ekaristi yang sebagian besar dihadiri oleh anak-anak tersebut dipimpin langsung oleh Mgr. Petrus Timang selaku Konselebran Utama didampingi oleh Pastor Frensius Suprijadi, CM. Perarakan masuk diawali dengan sebuah tarian Banjar. Sebagai lagu pembukaan diambilkan dari MB. No. 477 “Tuhan Sumber Gembiraku” yang dinyanyikan dengan penuh penghayatan oleh koor anak-anak Bina Iman dan Sekami Paroki Bunda Maria Banjarbaru. Dalam Perayaan Ekaristi kali ini hadir pula Uskup Emeritus Keuskupan Banjarmasin Mgr. F.X. Prajasuta, MSF yang duduk dideretan kursi depan mendampingi anak-anak.

“Saya kira jarang ada kesempatan seperti ini, dimana ada banyak anak-anak berkumpul bersama orang tuanya, para pembina dan ada 2 orang Uskup hadir. Jadi hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan untuk kita semua,” demikian kata Mgr. Petrus Timang membuka homilinya. Kemudian Bapak Uskup menanyakan asal komunitas maupun sekolah dari anak-anak yang hadir di Gedung Sasana Sehati pagi ini. Khusus kepada anak-anak yang bersekolah di sekolah negeri, Bapak Uskup berkata bahwa mereka adalah misionaris-misionaris di Sekolah Negeri. Bapak Uskup berharap kiranya mereka dapat menjadi garam di sekolah dimana mereka menuntut ilmu dan jangan sampai digarami oleh teman-temannya.

Lebih lanjut Bapak Uskup berkata, “Tema kita dalam Misa ini adalah bersyukur; bersyukur atas segala hal baik yang dianugerahkan Tuhan kepada kita. Melalui apa yang dikatakan Paulus dalam bacaan tadi tersirat pesan bahwa sekalipun kita tahu dan memiliki segalanya, jika tidak memiliki kasih maka semua itu nol!”

Dalam kesempatan ini, Bapak Uskup menyampaikan homilinya dengan banyak kali melakukan dialog secara langsung dengan anak-anak yang hadir. Dialog yang begitu komunikatif ini mendapatkan respon yang sangat baik dari anak-anak. Seperti ketika Bapak Uskup bertanya, “Apakah kalian sering menonton reality show di televisi? Ada Playboy Kabel, Termehek-mehek, Face to Face dan sebagainya. Apakah kalian semua menonton acara tersebut?” Pertanyaan tersebut dijawab dengan lantang oleh anak-anak yang hadir, “Ya!” Kemudian Bapak Uskup melanjutkan pertanyaan beliau, “Lalu kapan belajarnya kalau begitu?” Lagi-lagi anak-anak menjawab bahwa mereka belajar pada siang hari. “Lalu kapan kalian berdoa?” kembali Bapak Uskup melemparkan sebuah pertanyaan kepada anak-anak yang hadir. Lalu Bapak Uskup melanjutkan kata-katanya, “Sekalipun kalian nonton semua reality show di televisi, akan tetapi kalau kalian tidak berdoa dengan penuh kasih kepada Yesus, maka kalian belum menjadi anak Katolik yang baik. Ada satu keistimewaan dari anak-anak Katolik yaitu kita harus unggul dimanapun kita berada! Unggul di sini tidak berarti kita harus selalu menjadi juara satu science atau Olimpiade, akan tetapi kita mesti unggul dalam hal kasih. Maka dalam lagu Hymne Sekami tadi disebutkan bahwa kita akan menjadi sahabat yang setia, rajin berdoa dan baca Alkitab. Sebagai anak Katolik tiap bangun pagi mesti buka Alkitab, jangan seperti anak-anak lainnya yang tiap bangun pagi buka televisi atau handphone. Sebagai seorang anak Katolik, kalian harus membuka hari kalian dengan doa, begitu pula ketika kalian akan menutup hari kalian, tutuplah dengan doa juga. Jangan menutup hari kalian dengan handphone yang masih terbuka, bukan dengan playstation yang masih on, bukan dengan televisi yang masih bernyala!

Semua itu adalah tanda bahwa sebagai anak Katolik kita unggul dalam kasih kepada Yesus. Bawalah senyum surga dimanapun kalian berada, karena kita mengasihi Yesus dan sesama. Karena Yesus mengasihi kita maka kita tidak akan pernah takut dan sedih.” demikian disampaikan Mgr. Petrus Timang mengakhiri homilinya pagi itu.

Saat Perarakan Persembahan tiba, diawali dengan satu buah Tari Kreasi Baru yang dilanjutkan dengan sebuah Tarian Dayak yang ditarikan dengan lemah gemulai mengiringi para petugas persembahan yang berjalan perlahan menuju ke depan Altar.

Dalam Perayaan Ekaristi kali ini hadir sekitar 1.000 orang anak-anak yang duduk memadati Gedung Sasana Sehati. Mereka terdiri dari anak-anak Bina Iman dan Sekami dari Paroki Katedral “Keluarga Kudus” Banjarmasin, Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda Kelayan, Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus Veteran, Paroki Bunda Maria Banjarbaru dan Paroki Santa Theresia Pelaihari; juga hadir siswa siswi dari beberapa sekolah negeri di kota Banjarmasin dan beberapa sekolah swasta di kota Banjarmasin dan Banjarbaru diantaranya dari SMP Santa Maria Banjarmasin, SMP Santa Angela Banjarmasin, SMP Sanjaya Banjarbaru dan SMA Frater Don Bosco Banjarmasin.

Usai Perayaan Ekaristi, kedua Bapak Uskup, para Pastor, Suster dan anak-anak yang hadir disuguhi acara Hiburan yang menampilkan tari-tarian, paduan suara dan pertunjukan band. Semuanya dipersembahkan oleh anak-anak mewakili paroki mereka masing-masing. Semua yang hadir tampak gembira pagi itu; terlebih lagi kedua Bapak Uskup yang duduk dideretan kursi depan yang menyimak pertunjukan anak-anak hingga selesai dengan didampingi oleh Pastor Suprijadi, CM dan Pastor Christophorus Katijanarso, CM – keduanya adalah Pastor Paroki Katedral Banjarmasin. Bahkan saat serombongan anak-anak menyanyikan lagu “Aku Diberkati” di atas panggung sembari menari, kedua Bapak Uskup berkenan menari bersama anak-anak ketika anak-anak ini menjemput kedua Bapak Uskup dari tempat duduk beliau menuju ke atas panggung.

Usai acara hiburan, semua yang hadir menikmati suguhan makan siang yang telah disediakan oleh panitia. Saat diwawancarai, Sr. Christiana, SPM berkomentar bahwa acara kali ini sangat sukses dan semuanya lancar berkat kerjasama yang baik dari para pembina dari paroki-paroki yang hadir. Semoga saja dilain kesempatan pelaksanaan acara serupa, anak-anak yang hadir bisa lebih banyak lagi seturut harapan Mgr. Petrus Timang disela-sela homili beliau. Semoga!
                                                                         
[reported & foto by : Dionisius Agus Puguh Santosa]