Jumat, 14 September 2012

VIDEO 3 TAHUN SANJAYA JOURNALIST CLASS

The 3rd Anniversary of SJC



Saturday, August 4, 2012 to be a beautiful moment and will never be forgotten for me and my kids students in the class of self-development that has a name famous journalistic "Sanjaya Journalist Class"!

This morning I arrived at school Sanjaya Banjarbaru around 08.30 pm. After waiting for nearly an hour, finally journalism class kids who I've been waiting to come rushing emerged. Looks Aurel, Zellin, Silfia and some friends were suddenly there next to me and straight on about many things. Spontaneously they all asked permission to take a break just before filling the stomach in the school cafeteria. Finally the bell marks the start of self-development activities was high-pitched sounds, along with sound recordings of computer cubicles in front of the principal's office.

The children burst into journalism was in class VIII A, which from generation to become a class-2 remains the subject of journalism. Eleven of the VIII grade (third generation) and 9 grade VII (fourth generation) sitting neatly in their respective positions. In my mind flashed a simple sentence, "This class is almost full now!"

I have not had time to sit on the bench in front of the classroom teacher, suddenly Aurel gave the command to the other children to say "good morning" in the English version. Moment boisterous classroom with children's voices that I have not heard for several weeks.

Another surprise that I got this morning is the presence of a uniform Betsy Septiani Rantung SJC second generation (second version)! He was eventually joined in a row bench seat is still empty, sit as a year, two years or three years ago, when he was still listed as a junior high school students Banjarbaru Sanjaya. Not long after, came Tia Wulandari and immediately took the position of sitting not far from Betsy. Wulan and Betsy are first-class journalism students this. An emotion suddenly came to mind, compassion who never imagined I would experience this morning.

Thanks to Betsy and Wulan, thanks to Mother Ariati also has prepared a beautiful birthday cake this morning. Thanks to the children of VII and VIII are incredible. And thank the GOOD LORD ALMIGHTY that has accompanied this journalism class travel
since last August 1, 2009

Landasan Ulin - Banjarbaru, August 4, 2012
Dionisius Agus Puguh Santosa

Kamis, 13 September 2012

PERPISAHAN PAK JULI, PAK PURBA DAN MA'AM CHRISTINE

















UCAPAN SELAMAT TINGGAL TAK CUKUP

Sosok yang begitu baik,
Sosok yang begitu menyayangi kami,

Pergi…,
satu demi satu, namun seolah pasti terjadi
Datang…,
dan hadirlah sosok-sosok baru baru sebagai pengganti

Ucapan “selamat tinggal” mungkin tak cukup,
mewakili segenap perasaan yang kehilangan
kehilanganmu: “guru dan sahabatku”!


Landasan Ulin – Banjarbaru, 10 Juni 2012
by: Dionisius Agus Puguh Santosa

BIARA SCMM BANJARMASIN DIRESMIKAN WAKIL GUBERNUR KALSEL




Biara “Puri Batin” St. Angela Banjarmasin Diresmikan Wakil Gubernur
Kalimantan Selatan

Pemberkatan Biara dan Aula Susteran SCMM Banjarmasin oleh Uskup Keuskupan Banjarmasin dan Peresmian oleh Wakil Gubernur Kalimantan Selatan

Pagi itu, Senin, 2 Mei 2011 yang lalu bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional, dilangsungkan Perayaan Ekaristi pemberkatan Biara “Puri Batin” St. Angela dan Aula Susteran SCMM Banjarmasin oleh Uskup Keuskupan Banjarmasin Mgr. Petrus Boddeng Timang yang dilanjutkan dengan acara peresmian oleh Wakil Gubernur Kalimantan Selatan H. Rudy Resnawan.

Sesaat sebelum Perayaan Ekaristi berlangsung, di lantai basemant dilakukan penyerahan kunci biara dan aula dari Uskup Keuskupan Banjarmasin kepada Provinsial SCMM Indonesia Sr. Rosa Sihotang, SCMM. Acara kemudian dilanjutkan dengan pengguntingan pita oleh Mgr. Petrus Timang. Setelah itu rombongan misdinar, para imam, suster dan Uskup menaiki tangga untuk menuju aula yang terletak di lantai 2 bangunan. Perayaan Ekaristi langsung dipimpin oleh Uskup Keuskupan Banjarmasin selaku konselebran utama, didampingi oleh 6 orang imam, yaitu : Pastor Theodorus Yuliono Prasetya Adi, MSC, Pastor Simon Edy Kabul Teguh Santoso, Pr, Pastor Gregorius Sabinus, CP, Pastor Ignatius Supardi Prihatin Saputro, Pr, Pastor Fransiskus Asisi Susilo Nugrono, CP dan Pastor Antonius Bambang Doso, Pr.

Selain Provinsial SCMM Indonesia, hadir pula anggota Dewan Pimpinan SCMM Provinsi Indonesia, yaitu : Sr. Margaretha Gultom, SCMM, Sr. Evodia Daely, SCMM dan Sr. Syandark Runtuwene, SCMM. Disamping itu 2 orang anggota Dewan Pimpinan Umum SCMM yang berkedudukan di negeri Belanda ikut menjadi saksi mata peristiwa bersejarah ini, yaitu : Sr. Mariana Situngkir, SCMM dan Sr. Bernadet Candra, SCMM.

St. Paulus mengingatkan kita bahwa sebagai orang Kristen kita harus melakukan kebaikan kepada ssama, karena kebaikan itu berasal dari Allah sendiri. Dan apa yang disampaikan oleh Paulus, disampaikan dengan lebih sempurna oleh Yesus dalam bacaan Injil hari ini yang mengatakan bahwa manusia diciptakan untuk bersukacita,” demikian ungkap Mgr. Petrus Timang diawal homilinya. Lebih lanjut Uskup Keuskupan Banjarmasin menekankan kepada semua yang hadir bahwa kita semua dilahirkan karena kerahiman Allah, sehingga sebagai orang Kristen kita diharapkan menjadi orang yang dapat selalu bersukacita dalam kehidupan ini.

Sukacita berarti bahwa kita harus memberikan yang terbaik bagi orang lain; sama seperti Allah yang menyatakan kerahiman-Nya bagi semua orang. Orang yang bersukacita tidak akan pernah berpikir akan apa yang diberikan orang lain untuknya, melainkan ia akan berpikir apa yang mampu diberikannya bagi orang lain. Kasih tidak mengenal egoisme dan persaingan. Sehingga sebagai orang-orang yang diutus membawa kasih Allah kepada sesame, para suster SCMM mengemban tugas dalam bidang pendidikan melalui SMP St. Angela Banjarmasin dan SMP Sanjaya Banjarbaru, dengan menunjukkan belas kasih Allah di Bumi Banua (salah satu julukan untuk Provinsi Kalimantan Selatan-red). Karya pastoral yang diemban oleh para suster SCMM ini adalah karya pendidikan yang mengajak para orang muda untuk keluar dari dirinya sendiri supaya dapat menjadi orang-orang yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional, sosial dan rohani,” ucap Mgr. Petrus Timang panjang lebar. Beliau menegaskan bahwa semuanya itu hanya dapat dipenuhi melalui proses yang kadangkala memang terasa ‘menyakitkan’. Uskup Keuskupan Banjarmasin mengungkapkan keprihatinannya akan dunia pendidikan dewasa ini yang mengabaikan proses tersebut. “Maka di negeri ini ada yang namanya ijasah aspal (asli tetapi palsu), ada mahasiswa yang mempunyai foto wisuda namun pada kenyataannya tidak pernah kuliah.


Meski begitu, Mgr. Petrus Timang berkeyakinan bahwa melalui bangunan yang diberkati saat ini, anak-anak yang didik dibawah naungan Perwakilan Yayasan Pendidikan St. Maria Berbelaskasih Wilayah Timur akan menjadi anak-anak yang setia kawan pada sesamanya, menjadi orang-orang yang dapat menjadi berkat bagi orang lain dan menjadi anak-anak kebanggaan Tuhan. Beliau berharap kiranya di tempat ini kasih Allah boleh dialami oleh semua orang, khususnya anak-anak yang dididik melalui kehadiran para suster SCMM yang berkarya di sini.

Usai Perayaan Ekaristi, digelar acara peresmian biara dan aula oleh Wakil Gubernur Kalimantan Selatan H. Rudy Resnawan. Selain Wakil Gubernur, hadir pula beberapa orang pejabat Provinsi Kalimantan Selatan dan Kota Banjarmasin, Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin dan jajarannya, Wakil Danrem Antasari, Wakil Dandim Banjarmasin, juga perwakilan dari Ikatan Keluarga Katolik Sumatera Utara.

Dalam sambutan singkatnya, Provinsial SCMM Indonesia Sr. Rosa menuturkan secara singkat perjalanan Kongregasi SCMM sejak awal berkarya di Keuskupan Banjarmasin. Setelah itu Mgr. Petrus Timang menyampaikan sambutan berikutnya. Uskup Keuskupan Banjarmasin memaparkan bahwa gedung tersebut merupakan hasil kerja keras dan bantuan dari banyak pihak dan juga swadaya umat Katolik, termasuk bantuan dari umat Katolik di Sumatera Utara. “Gedung ini dibangun untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di SMP St. Angela Banjarmasin dengan motivasi utama adalah menciptakan anak bangsa yang berbudaya, beradab dan berkarakter! Orang-orang Indonesia dikenal oleh bangsa lain sebagai orang-orang yang cerdas. Untuk itu bangsa kita sebenarnya telah mempunyai modal besar untuk membangun bangsanya sendiri, seperti apa yang diamanatkan oleh UUD 1945.

Dalam kesempatan lain, Mgr. Petrus Timang mengutip semboyan dari para Suster SCMM yaitu : ‘Liefde Zonder Eigenlifde’ yang bermakna, ‘cinta tanpa cinta diri’. Beliau berpendapat bahwa semboyan tersebut selaras dengan anjuran Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara yang telah membangun pendidikan di Indonesia tanpa pamrih dengan semboyannya yang terkenal : Ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Uskup Keuskupan Banjarmasin menekankan supaya didalam mendidik anak-anak, para pendidikan menerapkan sikap tanpa pamrih dan tulus, dengan harapan supaya generasi mendatang dapat menjadi generasi yang lebih baik dari generasi-generasi sebelumnya.

H. Rudy Resnawan mewakili Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan mengungkapkan rasa bangganya atas peristiwa peresmian biara dan aula milik suster-suster SCMM. “Hari ini ada 2 peristiwa penting yang kita rayakan, yaitu Hari Pendidikan Nasional dan peresmian tempat ini. Keberadaan fasilitas yang ada hendaknya patut kita syukuri sebagai karunia Tuhan, dengan harapan nantinya gedung ini dapat dimanfaatkan dengan baik. Selain itu perlu kiranya juga diperhatikan mengenai perawatan dan pemeliharaanya di masa mendatang.

Wakil Gubernur mengajak semua yang hadir untuk menghargai upaya para suster SCMM untuk ikut serta meningkatkan kemajuan anak-anak didiknya seraya mengucapkan selamat atas berdirinya bangunan ini.

Selain penandatanganan prasasti oleh Wakil Gubernur Kalimantan Selatan, Uskup Keuskupan Banjarmasin dan Provinsial SCMM Indonesia, acara diisi pula dengan penampilan vocal group dari SMP Sanjaya Banjarbaru dan SD St. Angela Banjarmasin, penampilan khas daerah yaitu musik panting oleh siswa-siswi SMP St. Angela Banjarmasin yang membawakan lagu daerah Kalimantan Selatan juga tarian kreasi Puspa Warna yang dipentaskan oleh siswi-siswi SMP Sanjaya Banjarbaru.

Setahun empat bulan yang lalu, tepatnya pada tanggal 20 September 2009 dilakukan peletakan batu pertama oleh Uskup Keuskupan Banjarmasin. Keberadaan bangunan ini menggantikan bangunan biara Susteran SCMM yang lama yang sebelumnya ditempati oleh Kongregasi Suster PI. Pada lokasi yang sama pun pernah berdiri bangunan Panti Werdha “Suaka Kasih” yang dikelola oleh para Suster Puteri Kasih.



Hadir atas Undangan Mgr. F.X. Prajasuta, MSF

Di wilayah Keuskupan Banjarmasin, Kongregasi SCMM telah berkarya selama hampir 7 tahun berjalan. Di mulai sejak kedatangan para Suster pionir, mereka adalah Sr. Dafrosa Fau, SCMM dan Sr. Angelbertha Abi, SCMM yang tiba di Banjarmasin pada tanggal 8 Agustus 2004. Kala itu kehadiran para Suster ini adalah atas undangan Uskup Emeritus Keuskupan Banjarmasin Mgr. F.X. Prajasuta, MSF yang memandang perlu kehadiran Kongregasi-kongregasi untuk menggarap dan mengelola beberapa lembaga pendidikan Katolik yang telah ada di Keuskupan Banjarmasin.

Pada awalnya Sr. Dafrosa bertugas di SMP Marsudi Wiyata, sedangkan Sr. Angelberta berkarya di SD Marsudi Wiyata. Bertepatan dengan perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-59 di tahun 2004 digelar acara penyambutan yang sangat meriah atas kehadiran Kongregasi SCMM di kedua sekolah ini. Sehari sebelumnya, kedua Suster ini mulai menempati Biara Puri Batin (ex-Susteran PI), meskipun waktu itu sebenarnya kondisinya belum mendukung. Sebab rumah tersebut masih belum dibersihkan, bau cat terasa begitu menyengat indera penciuman ditambah dengan suasana halaman yang ditumbuhi rumput ilalang; bahkan kedua Suster ini sempat tidur di lantai. Namun semuanya itu tidak pernah mengurangi semangat mereka untuk mempersembahkan yang terbaik bagi Gereja di Keuskupan Banjarmasin, teristimewa di bidang pendidikan dan karya pastoral. Dua tahun kemudian, terjadi serah terima dari Yayasan Marsudi Wiyata kepada Yayasan St. Maria Berbelaskasih Wilayah Timur, tepatnya pada tanggal 7 Juli 2006, sehingga nama sekolah yang lama kemudian berganti menjadi SMP dan SD St. Angela Banjarmasin hingga sekarang.

Semenjak kedatangan para Suster pionir, maka satu persatu Suster-suster lainnya pun berdatangan untuk ikut serta mengembangkan karya perutusan SCMM di Keuskupan Banjarmasin. Hingga kini tercatat ada 2 komunitas SCMM di Keuskupan Banjarmasin, masing-masing adalah Komunitas St. Angela di Banjarmasin yang menangani SMP dan SD St. Angela Banjarmasin; dan komunitas St. Agatha di Banjarbaru yang menangani TK, SD dan SMP Sanjaya Banjarbaru.

Kehadiran para Suster SCMM di Keuskupan Banjarmasin membawa angin segar bagi perkembangan dan kemajuan lembaga pendidikan Katolik di Banjarmasin pada khususnya, maupun di Kalimantan Selatan pada umumnya. Meskipun lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Yayasan St. Maria Berbelaskasih Wilayah Timur ini notabene adalah lembaga pendidikan Katolik, namun tetaplah menjadi bagian dari masyarakat di daerah ini.

Hal ini seturut dengan tujuan Kongregasi SCMM yaitu pengabdian diri dalam pelayanan “Cinta Melalui Belaskasih” yang konkrit kepada sesama manusia, terutama yang kecil, lemah, miskin dan tertindas, dengan berpedoman pada semboyan “Cinta Tanpa Pamrih” dan dalam semangat kesederhanaan dan kesiapsediaan seturut teladan Maria, hamba Tuhan dan Bunda Belaskasih.

 
[reported & foto by : Dionisius Agus Puguh Santosa]

Perayaan Hari Anak Misioner Sedunia Ke-168 Tingkat Keuskupan Banjarmasin



 
TEMA : “KAMI DATANG UNTUK MENYEMBAH DIA”


Pagi itu, Minggu, 30 Januari 2011, sejak pukul 08.00 Wita, rombongan anak-anak dari beberapa paroki yang ada di wilayah Keuskupan Banjarmasin satu persatu tiba di halaman Gereja Katedral “Keluarga Kudus” Banjarmasin. Sebagian anak-anak diantar oleh orang tua masing-masing, sedangkan beberapa yang lainnya terlihat didampingi oleh para pembina BIA (Bina Iman Anak) dan Sekami (Serikat Karya Kepausan Anak Misioner Indonesia) maupun guru-guru di sekolahnya. Rombongan dengan jumlah personil terbanyak yaitu sekitar 150-an orang anak datang dari Paroki Bunda Maria Banjarbaru. Rombongan lainnya datang dari Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus Veteran, Paroki St. Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda Kelayan, Paroki St. Theresia Pelaihari dan tak ketinggalan tuan rumah yaitu Paroki Katedral Banjarmasin. Dalam waktu sekejab, halaman parkir gereja telah dipenuhi oleh anak-anak BIA dan SEKAMI.

Sekitar pukul 10.00 Wita, anak-anak tersebut mulai berjalan beriringan dan berbaris masuk ke dalam gedung gereja didampingi oleh para pembina BIA dan Sekami dan orang tua masing-masing. Pagi ini Perayaan Ekaristi dalam rangka Peringatan Hari Anak Misioner se-Dunia ke-168 Tingkat Keuskupan Banjarmasin dengan tema : “Kami Datang untuk Menyembah Dia” langsung dipimpin oleh Uskup Keuskupan Banjarmasin Mgr. Petrus Boddeng Timang, didampingi oleh Vikaris Jenderal Keuskupan Banjarmasin Pastor Theodorus Yuliono Prasetya Adi, MSC dan Dirdios KKI Keuskupan Banjarmasin Pastor Antonius Bambang Doso Susanto, Pr.

Sebagai petugas koor adalah anak-anak SMP Katolik Sanjaya Banjarbaru yang dipandu oleh Kepala Sekolah Sr. Hubertine Nino, SCMM selaku dirigen lagu, dengan iringan permainan musik kulintang yang merdu.

Pertemuan ini seharusnya dilangsungkan pada awal Januari 2011 yang lalu. Akan tetapi karena pada waktu itu masing banyak dari antara anak-anak kita yang libur sekolah, juga masih dalam suasana Natal dan tahun baru; maka perayaan Hari Anak Misioner kali ini diselenggarakan di akhir bulan Januari 2011,” demikian ucap Mgr. Timang mengawali homilinya di hadapan sekitar 500-an orang anak yang memenuhi ruangan Gereja Katedral Banjarmasin.

Lebih lanjut Mgr. Timang menyampaikan bahwa meskipun persiapan yang dilakukan oleh pihak panitia teramat singkat, namun kenyataannya mampu membawa begitu banyak anak-anak datang berbondong-bondong dari 3 paroki di kota Banjarmasin, dari Banjarbaru dan juga dari Pelaihari. Bapak Uskup mengibaratkan bahwa kehadiran anak-anak pagi itu seperti 3 orang Majus dari Timur yang datang ke Bethlehem untuk berjumpa dengan Yesus Sang Juru Selamat Dunia.

Kita adalah orang-orang yang dikasihi oleh Tuhan, sehingga kita ini adalah orang-orang yang berbahagia. Karena kita ini orang-orang yang dikasihi Tuhan, maka dengan serta merta berkat Tuhan pun begitu luar biasa tercurah bagi kita sekalian! Saya berharap, adik-adik sekalian mampu mencintai Tuhan lebih dari segala sesuatu di dunia ini. Apapun juga yang terjadi, kita semua harus selalu memilih, memilih dan memilih Yesus! Karena Yesus selalu mencintai, mencintai dan mencintai kita semua...

Di bagian lain homilinya, Mgr. Timang memperagakan sebuah ilustrasi di hadapan anak-anak yang hadir. Sebuah amplop putih dibuka dan Bapak Uskup mengeluarkan selembar uang bernilai seratus ribu rupiah. Sembari berdialog dengan anak-anak, Bapak Uskup kemudian melipat uang tersebut menjadi beberapa bagian, lalu bertanya kepada anak-anak: “Bila uang ini saya lipat menjadi seperti ini, apakah uang ini tetap bernilai seratus ribu rupiah?” Dengan serentak anak-anak menjawab: “Yaaa...!!!” Di saat yang lain Mgr. Timang menjatuhkan lembaran uang tersebut ke lantai, lalu melanjutkan pertanyaannya: “Apakah bila uang ini dibuang ke lantai lalu, lalu diinjak oleh orang dan menjadi kotor, apakah uang ini tetap bernilai?” Dengan serentak anak-anak kembali menjawab: “Yaaa...!!!

Anak-anakku sekalian, cinta Yesus lebih berharga dari uang ini. Terkadang Yesus tampak seolah-olah tidak kelihatan dan tersembunyi; padahal yang sesungguhnya terjadi adalah Yesus tetap mencintai kita sekalian, tetap mencintai adik-adik semua!

Di akhir homilinya Mgr. Timang berpesan supaya anak-anak BIA dan Sekami tetap mencintai Yesus dalam situasi dan kondisi apapun juga. Cinta kepada Yesus dapat diwujudkan dengan perbuatan yang baik dalam kehidupan sehari-hari, rajin mengikuti kegiatan BIA dan SEKAMI, rajin belajar dan rajin pergi ke sekolah, juga rajin membantu kedua orang tua di rumah.

Usai Perayaan Ekaristi, anak-anak yang hadir kemudian beranjak meninggalkan ruang gereja menuju ke aula Sasana Sehati untuk menghadiri acara pentas seni dan santap siang bersama. Waktu saat itu telah menunjukkan pukul 12.00 Wita.

Acara pentas seni dibuka dengan beberapa sambutan, diantaranya dari Ketua Panitia Penyelenggara dan dari Uskup Keuskupan Banjarmasin. Dalam sambutan singkatnya, Ketua Panitia Irma Deviana mengemukakan bahwa Peringatan Hari Anak Misioner se-Dunia ke-168 Tingkat Keuskupan Banjarmasin bertujuan untuk meningkatkan kreativitas anak-anak BIA dan SEKAMI di Keuskupan Banjarmasin. “Nantinya akan pula diselenggarakan Perayaan Paskah Bersama Anak-anak Misioner se-Keuskupan Banjarmasin,” ucap Irma mengakhiri sambutannya.

Sedangkan dalam sambutan berikutnya, Mgr. Timang menyambut dengan begitu antusias kehadiran anak-anak SEKAMI bersama orang tua maupun para pendampingnya. Dalam harapannya Bapak Uskup berujar, “Semenjak kecil, anak-anak kita perlu diberikan bekal secara memadai untuk mempersiapkan mereka dengan baik supaya dapat sungguh-sungguh menjadi sahabat-sahabat Yesus yang setia!

Saat yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba, enam orang anak usia taman kanak-kanak muncul di atas panggung dengan mengenakan pakaian berwarna merah dan memegang sepasang batok kelapa di kedua telapak tangannya. Musik pun mengalun dan anak-anak itu pun menari dengan lincah dan lucu. Selanjutnya beberapa orang anak putri dengan pakaian kebaya berwarna kuning tampil menari dengan lemah gemulai diiringi lagu khas daerah Aceh “Bungong Jeumpa.” Kedua penampilan tersebut adalah perwakilan SEKAMI dari Paroki Veteran.

Penampilan ketiga berasal dari Paroki Pelaihari yang mendramatisasikan kisah Yesus yang mengajarkan Sabda Bahagia kepada murid-murid-Nya di atas bukit (bdk.Injil Matius 5:1-28). Seorang anak berjubah coklat yang berperan sebagai Yesus tampak dikelilingi oleh anak-anak lainnya yang berperan sebagai murid-murid-Nya. Dramatisasi menjadi lebih hidup manakala anak-anak menyanyi dan menari di antara adegan yang divisualisasikan di hadapan para penonton. Paroki Kelayan pun tak mau ketinggalan dengan pertunjukan dramanya yang berdurasi cukup lama, dengan kisah seorang anak yang ditinggal mati oleh neneknya.

Paroki Banjarbaru yang diwakili oleh SD Katolik Sanjaya Banjarbaru muncul di atas pentas di urutan kelima dengan menampilkan gerak dan lagu yang mengundang decak kagum penonton. Keseluruhan acara siang itu ditutup dengan penampilan sebuah tari tradisional Jawa yang dibawakan oleh anak-anak SEKAMI Paroki Katedral.

Selain menyaksikan pertunjukan drama, gerak, lagu dan tari, anak-anak juga bersempatan mendapatkan doorprize dengan hadiah menarik yang disediakan oleh panitia penyelenggara. “Maju terus anak-anak Misioner Keuskupan Banjarmasin!



[reported & foto by : Dionisius Agus Puguh Santosa]


Rabu, 12 September 2012

KEGIATAN PENUH KREASI Opening Ceremony TK, SD DAN SMP SANJAYA BANJARBARU :







Sebanyak 199 Siswa Disambut Perayaan Istimewa
   

 Pada hari Sabtu, 14 Juli 2012 yang lalu, sekitar pukul 08.00 Wita, halaman SMP Sanjaya telah hiruk pikuk oleh suara lagu-lagu yang dimainkan grup marching band yang mengisi perarakan siswa-siswi baru TK, SD dan SMP Sanjaya beserta para orang tuanya masing-masing menuju ke tengah lapangan. Di sela-sela barisan, tampil 6 orang siswi yang berdandan cantik bak putri dari negeri dongeng dengan pakaian warna-warni menyemarakkan suasana pagi itu.

Sebanyak 50 siswa baru TK, 73 siswa baru SD dan 76 siswa baru SMP berjalan berlahan-lahan dengan wajah ceria untuk selanjutnya bergabung dengan barisan kakak-kakak kelasnya pada deret masing-masing. Upacara Opening Ceremony-pun dimulai dan dipimpin oleh M. Hasan Tarigan, S.Pd. Dalam sambutannya mewakili Kepala Sekolah SMP Sanjaya, Hasan Tarigan berujar bahwa pelaksanaan Opening Ceremony kali ini adalah pelaksanaan kedua. Mengutip pernyataan Kepala SMP Sanjaya Sr. Hubertine Nino, SCMM setahun silam, Hasan Tarigan berujar, “Jika ada acara pelepasan siswa yang lazim diselenggarakan di sekolah-sekolah; tentu ada penerimaan siswa baru, dimana terjadi penyerahan siswa dari pihak orang tua kepada pihak sekolah.” Lebih lanjut Hasan Tarigan bertutur bahwa dibalik peristiwa ini ada hubungan emosional antara guru dan orang tua siswa.

Dalam kesempatan lain, Hasan Tarigan menggarisbawahi hubungan komunikasi antara guru dan orang tua siswa sebagai hal penting. “Bila ada masalah, sangat diharapkan kepedulian pihak orang tua untuk datang ke sekolah memenuhi panggilan Kepala Sekolah, terkait dengan anak yang dititipkannya kepada pihak sekolah.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru yang diwakili oleh Kepala Bidang Pendidikan Dasar M. Sidik WS., S.Pd, MM berpesan kepada semua yang hadir agar menjadikan sekolah sebagai rumah kedua bagi pendidikan anak, seraya tak lupa mengucapkan terimakasih atas kerjasama yang sudah terjalin begitu baik antara SMP Sanjaya Banjarbaru dengan Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru selama ini.

Selama ini dari proses evaluasi yang dilakukan oleh Disdik Kota Banjarbaru, bagi SMP Sanjaya kualitas adalah tradisi!” ucap M. Sidik bangga. “Kerjasama antara pihak yayasan dengan para guru, serta keterbukaan dengan para siswanya menjadi fokus perhatian. Yayasan secara terus-menerus memperbaiki pelayanannya dengan penuh kasih. SMP Sanjaya bukan hanya mencerdaskan otak para siswanya, tetapi juga watak mereka.

Sedangkan mewakili Pastor Paroki Bunda Maria Banjarbaru, Ketua Dewan Paroki Bunda Maria Banjarbaru Pius Kusdiarto berharap dengan adanya kegiatan Opening Ceremony ini para siswa baru dapat menggabungkan diri dengan siswa-siswa lainnya dan menjadi anak-anak yang cerdas dan siap menjadi pemimpin bangsa. “Dengan adanya karya pendidikan di TK, SD dan SMP Sanjaya, nama Paroki Banjarbaru juga akan ikut terangkat. Semoga yayasan yang menangani sekolah ini dapat maju terus dan berkembang.

Usai penyerahan secara simbolis siswa TK, SD dan SMP kepada masing-masing kepala sekolah oleh orang tuanya masing-masing, acara opening ceremony pagi itu dilanjutkan dengan pentas seni yang diisi dengan pertunjukan marching band, band siswa, dance siswa-siswa baru, kumpul bocah serta games mister & miss winter. Acara ditutup dengan makan siang bersama siswa, guru dan orang tua.
Setahun silam, kegiatan serupa dilaksanakan untuk pertama kalinya pada tanggal 23 Juli 2011 dan dicetuskan oleh Sr. Hubertine, SCMM yang kala itu menjabat sebagai Kepala SMP Sanjaya Banjarbaru yang baru menggantikan Endah Wulandari, M.Pd pejabat sebelumnya.

Sejak awal berdirinya (1994 - 2012), sebanyak 661 orang telah tercatat sebagai siswa di SMP Sanjaya Banjarbaru, dimana pada tahun ini terjadi kenaikan jumlah penerimaan siswa baru di sekolah ini sebanyak 49% dari tahun sebelumnya. Hingga saat ini 14 angkatan telah berhasil diluluskan oleh satu-satunya SMP Katolik di kota Banjarbaru ini. Dengan dukungan jumlah tenaga guru sebanyak 12 orang dengan latar belakang pendidikan S1 dan S2, serta dibantu oleh tenaga administrasi sebanyak 4 orang menjadikan SMP Sanjaya bertekad untuk membangun karakter anak bangsa, sesuai dengan semboyan yang dicanangkan oleh sekolah ini yang kini genap berusia 18 tahun.
 
[reported & foto by : Dionisius Agus Puguh Santosa]